Kamis, 18 Oktober 2007

SEBAB AKIBAT*

Sebab adalah suatu perbuatan yang dilakukan dalam mengawali suatu kegiatan. Sebab berupa langkah-langkah tertentu misalnya sebab kita bekerja maka akibatnya dapat uang. Sedangkan akibat adalah buah daripada perbuatan awal yang kita lakukan. Banyak orang tidak memahami filosofi sebab akibat ini. Kalaupun memahami hanya sebab akibat sesaat…….apakah sebabnya….atau kalaupun memahami banyak yang kurang tepat…..mengapa……Perlu pemahaman bahwa hidup sebenarnya tidak terputus – diri – keluarga (keturunan) – masyarakat dll
Sebab-akibat dapat berlangsung jangka sesaat-pendek-menengah atau panjang. Misalnya :
Sebab jangka pendek
Orang naik motor sembrono kemudian jatuh. Besok ujian belajar tidak giat nilainya jeblok
Sebab akibat jangka menengah. Ini dapat dilihat pada kejadian fisik dan non fisik.
Ø Orang sakit, mengapa dapat sakit. Orang yang (sebab) kurang orahraga – gizi tidak terjaga – banyak pikiran maka suatu saat ada kmungkinan kena penyakit)
Ø Bencana alam. Banjir. Banyak orang sekarang memandang banjir karena akhlak. Bencana alam telah merenggut banyak nyawa,,,pertanyaannya apakah karena moral atau hanya fenomena alam biasa. Menurut saya bukan karena akhlak (moral) tetapi perilaku (aklhlak) tidak menghargai alam. Contoh sederhana buang sampah, kalau tidak tepat mungkin sebagi dosa kecil karena apa nanti akan berkumpul bersama jutaan sampah lainnya dan kemudian banjir, juga apabila membuang pad tempatnya tentunya resiki banjir akan terkurangi, dan mungkin dapat pahala2 kecil.
Sebab akibat jangka panjang Secara fisik atau spiritual
Ø Misalnya keturunan. Kacang ora adoh karo lanjarane. Buah anak karena yang nanam orang tua (sampai baligh). Namanya nanam itu bisa ilmu-ketrampilan atau akhlak. Dan akhir anak sangat tergantung metode, cara menanam, apa pupuknya, apa selalu disiram dan lain lain. jadi kalau anak kurang bagus (akhlaknya) pasti ada yang salah dari orang tuanya (koreksi sendiri) (Seperti saya ini belum terbukti, masih coba2). Kalau nanam ilmu dapat ilmunya kalau akhlak yang dapat akhlaknya begitu juga ketrampilan. Menanam yang baik, khususnya akhlak adalah contoh. Sebenarnya bagaimana orangtua dapat dilihat dari anaknya missal seorang kyai koq anaknya beling yang mesti ada yang salah dengn kekyaiannya (kecuali itu memang cobaan, seperti kasus nabi nuh). Jadi kadang kemudian saya iseng-iseng apa mungkin sebenarnya semua itu (syurga-neraka) sebenarnya sudah terlihat didunia, dan akherat hanya bonusnya saja).
Ø Bangsa, Belajarlah sejarah. Mengapa bangsa kita menjadi seperti ini.
Apakah sebab baik mesti akibatnya baik, mungkinkah sebab baik akibatnya kurang baik. Begitu pula sebab buruk akibatnya dapat baik. Secara umum sebab baik mesti akibatnya baik, kalaupun sebab baik kok akibatnya kurang baik maka hal tersebut lebih banyak karena andil Tuhan (cobaan) karena (kata sinetron KSD) Tuhan mempercayakan cobaan kepada umat yang sangat disayanginya,,,,kalau kuat ya pasti dapat point yang besar nantinya.
Khusus keluarga, bagaimana kalau sudah terlanjur. Belum ada kata terlambat. Langkahnya adalah :
1. Putus dengan akibat yang lama (yang tidak baik), karena biasanya bisa menular
2. Buat sebab2 yang baru (yang baik) misalnya berbuat baik – belajar yang baik – buat ketrampilan yang baik (rajin), jangan harapkan akibatnya (ikhlas), karena akibat akan datang dengan sendirinya.
3. Pahamilah bahwa hidup adalah menerus, perbaiki dan perbaiki, coba dan coba.
Ya….apabila akibat didunia gak ada ya tunggu aja di akhirat………………piye meneh.. ,he,,,he,,
Burhan Barid*

Rabu, 17 Oktober 2007

ANTARA JAM 06.00 SAMPAI JAM 07.00 PAGI YANG PENUH TOLERANSI YANG SALAH KAPRAH

Suatu pagi yang cerah, hari senin di salah satu perempatan bagian barat yogya, yang pada jam itu yang dilewati ratusan motor dan puluhan mobil. Kendaraan tersebut bergerak menuju pusat kota dengan tujuan yang sama yaitu sekolah atau bekerja. Setiap orang ingin sampai pada jam yang sama dengan memanfaatkan waktu yang sempit. Sehingga setiap orang ingin berlomba-lomba asal tidak terlambat sampai tujuan, dengan sedikit mengindahkan orang lain, aturan lalulintas dan budaya tertib.

Kejadian umum
Kejadian tersebut sebenarnya merupakan fenomena setiap pagi, pada jam kerja, di setiap titik jalan kota Yogyakarta ataupun kota lainnya. Fenomena ini dilakukan setiap orang dengan sengaja atau tidak sengaja. Beberapa kejadian yang sempat teramati misalnya anak yang diantar orang tua sekolah dengan sepeda motor tidak pakai helm, berboncengan lebih dari dua orang, melanggar lampu merah detik pertama, antri bukan pada jalurnya, dan lain-lain. Ketaatan yang terabaikan, asal diri sendiri, tidak memperdulikan sekitarnya.

Analisis kejadian
Kejadian tersebut hanya kisah di pagi hari, dimana setiap orang ingin bekerja atau belajar. Sepenggal kisah ini dapat membuyarkan pola aturan pendidikan yang akan didapatkan pada jam-jam berikutnya. Anak sekolah selalu dianjurkan datang tidak terlambat, dan aturan-aturan yang lain. Gambaran kontras yang ada di jalanan dengan yang di sekolah akan membuat gundah hatinya. Karena pembelajaran di jalanan sesuatu yang mudah dan cepat untuk dicerna. Pembelajaran ini terjadi secara alami dengan menggunakan atas nama tidak boleh terlambat sampai sekolah atau kantor. Yang mula-mula dilihat, dirasakan, kemudian dilakukan sebagai sesuatu yang biasa. Sebagai suatu yang biasa menjadikan bahwa melakukan tersebut tidak salah.

Menerapkan disiplin tidak terlambat di sekolah dengan mengabaikan disiplin jalanan dapat dikatakan sebagai pembelajaran yang tidak memasukkan unsur keterpaduan pola pikir manusia, tetapi hanya memasukkan unsur disiplin parsial saja.

Yang kemudian mungkin suatu saat akan pula diterapkan oleh generasi berikutnya suatu saat nanti. Kejadian tersebut hanya merupakan sepenggal kisah kebebasan yang berlebih atau dapat dikatakan toleransi salah kaprah yang dilakukan tanpa aturan yang ketat. minimal enam hari dalam seminggu.
Melatih disipiln diri tetapi tidak melatih disiliplin sistem

diajarkan kedisiplinan dalam hal tugas atuapun aturan-aturan sekolah, begitu pula bagi yang di perkantoran atau pabrik.

Pembelajaran budaya di jalanan yang cepat berubah menuju arah negative membuat pendidikan sekolah yang memberikan etika keteraturan, menghargai orang, ketaatan dan antri terasa kurang ada artinya. Pola pendidikan sekolah yang melakukan penilaian budaya tersebut dalam kurikulum, tentunya belum banyak menyentuh aspek kejadian-kejadian di lapangan. Sehingga membuat bangsa ini banyak kehilangan budaya-budaya positif tersebut. Pada masa lalu, pembelajaran lebih banyak diperoleh dari budaya keluarga dalam melakukan pembudayaan generasi

Kedisiplinan di sekolah yang menyenangkan
…………..bagaimana tuuu

Pembelajaran tentang Toleransi pada ketidaktaatan yang salah kaprah. Pembelajaran Langsung dari ketidakdisipilan………bagaimana tuuu

iklan yang tua yang hanya boleh bicara

asyik lo....liat iklan itu.....memang yang buat kretaif tenan..........
kenyataan dilapangan emang seperti itu..padahal yang muda banyak yang berpotensi....
tapi yang muda emang sukanya kadang-kadang nabrak2